Arti Kehidupan
Aku
adalah seorang anak perempuan, namaku Nayla. Aku ini seperti manusia yang tidak
diharapkan lahir ke dunia ini oleh ibu karena aku tidak pernah mendapatkan
kasih sayang dari seorang ibu, bahkan diperhatikan saja tidak pernah. Ayahku
sudah meninggal sejak aku berumur 5 tahun. Kini aku tinggal bersama Ibu dan
pamanku, tapi ibu setiap harinya hanya bisa bermain judi dan mabuk-mabukan, tak
pernah ibu membelikan barang yang aku inginkan, ibu hanya menghabiskan uang itu
dengan poya-poya, sempat sewaktu aku pulang dari pengajian, ibu tiba-tiba
memarahiku dan menamparku tanpa sebab apapun, aku hanya bisa menangis dan paman
bergegas menolongku dan memarahi ibu yang keadaannya sedang mabuk-mabukan. Hari
demi hari keadaan di rumah tidak pernah harmonis dan paman memutuskan untuk
mengajakku pisah rumah dengan ibu. Akhirnya akupun meninggalkan ibu.
Umurku
sekarang sudah bertambah, tak terasa sekian lama hidup bersama paman, sekarang
aku duduk dikelas 2 SMA, semuanya paman yang mengurus. Aku di sekolahkan di
salah satu sekolah elite. Teman-temanku anak orang berada semua. Sampai suatu
ketika aku ingin i-pad seperti yang dimiliki oleh teman-temanku yang lain tapi
aku sadar aku bisa apa untuk memilikinya uangpun tidak punya. Karena
keinginanku untuk memiliki i-pad sangat tinggi, tak ada cara lain selain aku
meminta paksa kepada paman, aku menyadari semenjak aku terbiasa bersama paman
aku selalu memaksa paman membelikan apa yang aku inginkan, seolah-olah aku
tidak memperdulikan paman itu punya uang atau tidak, padahal penghasilan paman
tidak seberapa. Akupun tidak mengerti mengapa sifatku bisa berubah seperti ini
terhadap paman, yang terpikir olehku mungkin aku seperti inikarena aku tidak
pernah merasakan hidup yang sebenarnya yang serba ada, karena dari kecilpun aku
tidak pernah dibelikan apa-apa oleh ibuku sendiri. Hari demi hari aku terus
menagih kepada paman, kapan aku dibelikan i-pad? Sampai sewaktu ketika aku
membentak paman, dan paman hanya memberi jawaban agar aku harus bersabar. Aku
berkata kepada paman “ Mengapa paman tidak membelikan aku i-pad? Kenapa? Aku
harus menunggu berapa lama lagi? Apa paman sudah tidak menyayangiku lagi,
sehingga apa yang aku inginkan tidak paman kabulkan?” paman hanya bisa terdiam
ketika aku berbicara seperti itu, aku kesal, lalu aku memutuskan untuk pulang
ke rumah ibu tanpa sepengetahuan paman. Sesampainya di rumah ibu, lalu ku buka
pintunya, apa yang pertama kali aku lihat? Keadaan rumah yang sangat gelap dan
bau-bauan alkohol, terlihat ibu yang sedang duduk dikursi dan sedang mabuk-mabukan,
aku menangis aku berlutut kepada ibu, aku sedih sekian lamanya aku tidak hidup
bersama ibu, keadaan rumah masih seperti dulu dan ikebiasaan bupun tidak
berubah. Ketika aku mencium kaki ibu, ibu menendangku dan berkata “Siapa kamu?”
betapa terkejutnya aku mendengar kata itu dari mulut ibu, seketika aku lari
keluar dalam hati berkata “ Ibuuu, ibu sudah tidak mengenaliku, mengapa?
Padahal aku ini anaknya, darah dagingnya sendiri, aku dilahirkan dari rahim ibu
tapi mengapa ibu seperti itu? Aku merasa tidakada orang lagi yang menyayangiku
selain paman”. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, setelah berhari-hari aku
hilang dari hadapan paman. Ketika aku sampai dirumah paman, rumahnya tampak sepi,
aku menanyakan kepada tetanggaku, sebenarnya paman pergi kemana? Mengapa
rumahnya sepi, ia mengatakan “paman baru saja pergi keluar membawa tas besar” seketika
aku langsung berlari mencari paman, dan ketika aku mencari paman, terdengar
dari belakang ada yang memanggilku, “Naylaaaa....lihat paman membawakan i-pad
untukmu, Naylaaaa” dan ketikaku melihat kebelakang ternyata paman sedang
mengendarai sepeda sambil melambai-lambaikan i-pad, aku terharu melihat paman
seprti itu, dan pada saat aku menghampiri paman,tiba-tiba datang dari arah
berlawanan mobil sedang melintas dengan kecepatan tinggi daaaaan... menbrak
paman, aku berlari menghampiri paman yang ternyata sudah berlumuran darah,
ketika aku memegang tangannya pada letak urat nadi, ternyata sudah tidak
berdetak dan artinya paman telah meninggal, betapa sedihnya aku, betapa
kecewanya aku terhadap diriku sendri, egois sekali... aku hanya bisa menangis
dan menyesal atas semua yang aku lakukan terhadap paman, satu-satunya orang
yang selama ini merawatku dan membesarkanku, ya Allah hambamu ini tidak pandai
mensyukuri apa yang ada. Seharusnya aku harus lebih pandai bersyukur karena
masih ada orang yang menyayangiku daripada seorang ibu yang melahirkanku, tapi
aku malah mengecewakan dan hanya penyesalan yang ku dapat. Aku hanya bisa
berdo’a semoga paman tenang di alam sana.Amin ....